Nama :
AHMAD SYATIBI
Nasab : bin KH. Umar, bin KH.
Nawawi, bin Bapa Kaja.
Tempat, tanggal lahir : Rangkasbitung, 1930
Putra
pertama dari pasangan KH. Umar dengan ibu Hj. Halimah, lahir di Rangkasbitung
tahun 1930. Mengenyam pendidikan formal di Sekolah
Rakyat Rangkasbitung yang didirikan oleh pemerintahan hindia belanda hingga
lulus di kelas 3 (tiga). Jika sekarang setara dengan kelas 6 ( enam ) Sekolah
Dasar,
Selain
pendidikan formal ama juga mencari ilmu di beberapa pesantren di seluruh Indonesia,
adapun beberapa pesantren yang pernah dijadikan lumbung ilmu oleh ama antara
lain :
1.
Pesantren
di Cirende – KAB. Lebak.
2.
Pesantren
di Petir ( Kadomas ) – KAB. Pandeglang.
3.
Pesantren
di Cijahe ( Cipeucang ) – KAB. Pandeglang.
4.
Cigombong
– KAB. Bogor.
5.
Sempur
– KAB. Purwakarta.
Dimasa mudanya, beliau
habiskan dengan menuntut ilmu, bahkan berdasarkan sumber, ama kita ini pernah
diminta untuk dibawa ke jepang oleh tentara nipon, karena tingkat kecerdasanya
yang melebihi rata-rata dibandingkan dengan anak muda seusianya pada kala itu.
Salah satu buktinya adalah kemahiran ama dalam berbahasa jepang, bahkan kami
cucu-cucunya pernah di ajarkan salah satu lagu yang biasa dinyanyikan oleh prajurid
jepang yang berjudul “mioto kai”.
Diumur 20 tahun
tepatnya pada tahun 1950, ama menikah dengan ibu Hj. Asiyah, dan membangun
rumah tangga dan tinggal di rumah KH. Arsudin (orang tua Ibu Hj Asiyah),
setelah itu tepat tahun 1960 keluarga kecil ini ( KH. Syatibi dengan Hj. Asiyah
) menetap mandiri dengan pindah ke kampung cilembun dan membangun satu rumah
beserta satu pesantren (kobong) yang belum memiliki nama pada tanah pemberian
dari ayahanda ama KH. Syatibi yaitu ama KH, Umar seluas kurang lebih 3000 meter.
Pada tahun 1964 ama
naik haji yang pertama dan naik haji yang kedua berangkat pada tahun 1966 yang
berangkat dengan istri tercinta Ibu Hj. Asiyah.
Setelah selesai
menunaikan ibadah haji, ama menjalani kehidupan seperti biasanya, mengajari
santri – santri dan disamping mengajari santri, ama memanfaatkan waktu luangnya
dengan bertani dan berbisnis.
Adapun selain dari
tugas pokoknya sebagai seorang kiyai, pekerjaan yang dilakukan oleh ama
untuk menambah penghasilan dalam
menyambung hidup antara lain :
1.
Bertani
( sebagai penghasilan utama )
2.
Pengusaha
percetakan bata tahun 1965 s/d
1969 ( usaha ini dilaksanakan oleh ama
pada saat kuantitas santri ama sedang banyak jumlahnya, tujuan dari dibukanya
usaha ini adalah sebagai pembelajaran keahlian atau keterampilan kepada santri
)
3.
Aktifis
PARPOL, sebagai anggota aktif dari partai GOLKAR tahun 1971 s/d
1975 ( profesi ini dilakukan oleh ama pada saat
patrahnya pesantren / pesantren sedang sepi santri karena paceklik nasional )
Dan tepat tahun 1977 secara
resmi sesuai piagam yang disahkan di DEPAG berdiri kembali pesantren dengan nama
“ massarotul muta’alimin”. Bahkan salah satu gedung pesantrenya ( yang sekarang
menjadi majelis ta’lim massarotul muta’alimin ) adalah kenang-kenangan ama
ketika berkiprah didunia politik sebagai aktifis PARPOL.
Setelah wafatnya
ayahanda ama yaitu KH. Umar. Ama dipercaya sebagai penanggung jawab kitab
campaka wiraga hasil petikan KH. Nawawi ( uyut kita ), dan berpesan dengan tersirat
kepada kita untuk menjaga dan mempelajari kitab tersebut.
Tahun 2004 ama
ditinggal wafat oleh sang istri ( ibu Hj. Asiyah ) kemudian ditahun yang sama
ama menikah kembali dengan ibu Hj. Umayah. Dan tepat ditahun 2007 ama meninggal
dunia dengan meniggalkan 1 orang istri ke – 2 dan 10 orang anak.
SELESAI
Penulis :
Penggagas :
Penanggung jawab :
Narasumber :
|
SYAIBATUL
HAMDI
KH.
DEDI MUHTADI ( paman )
KH
ENJANG JAMAKSARI ( uwa )
KH.
ENJANG JAMAKSARI ( uwa )
ENDIN
IZUDIN ( uwa )
|


Sblm nya Terima ksh telah mencerita kn kisah ini. Yg saya tau dri silsilah keluarga pengarang kitab campaka wiraga itu uyut saya Kh nawawi. dan guru nya kh syiekh nawawi tanara sbagai penasihat nya
BalasHapusTERIMAKASIH,,,
BalasHapussalam silaturahim.. kang bayu